Dalam masalah
kaderisasi di NU, NU masih lebih suka mengangkat putra kiyai NU daripada
aktivis nahdliyyin yang mempunyai kompetensi. Hal itu membuat NU tidak jauh
berbeda dengan nepotisme yang ada dalam area institusi-intitusi di Indonesia
baik negeri maupun swasta. Kurangnya apresiasi NU untuk putra putri nya yang
berprestasi membuat beberapa kader NU yang menolak untuk mengabdi di NU. Mas
anshori menyampaikan bahwa kurangnya budaya menulis dalam kader nahdliyyin ini
sangat disayangkan oleh KH Muchit Muzadi. Terlihat bahwa hanya beberapa saja
kader nahdliyyin yang menulis buku khususnya yang membahas NU dan ulama NU.
Padahal banyak penulis luar negeri seperti greg vally dan greg barton yang
menulis buku menegenai gus dur atau KH Muchit Muzadi yang notabenya merek bukan
orang NU. Menurut KH Muchit Muzadi tulisan tentang NU yang ditulis oleh penulis
non NU hanya dengan kacamata metodologi penelitian akan memiliki rasa yang
berbeda dengan yang ditulis oleh penulis NU yang menegenal NU lebih dalam.
Seperti seorang sastrawan yang mengatakan bahwa ide itu hidup. Mereka memiliki kaki kaki yang membawa mereka berjalan-jalan. Menghampiri otak-otak manusia yang kerap mau berfikir. Ketika ide tidak diikat maka dia akan kembali berjalan mencari otak-otak yang lebih layak memiliki. Malam dan warung kopi kerap kali dijadikan oleh beberapa kalangan untuk mencari sebuah inspirasi. Warung kopi adalah tempat yang paling asik dalam mencari ide dan meluapkan ide-ide yang sudah mampir di otak kita. Saling berbagi dan melepaskan segala hal yang saat itu tertahan. Tertahan menjadi gumpalan-gumpalan yang yang menjadi masalah. baca juga : https://rausanku.blogspot.com/2018/06/pribadi-yang-amnesia.html Sebuah topik pembicaraan yang susah untuk dikeluarkan akan lebih mudah diucapkan selepas seduhan kopi. Menyelesaikan permasalahan-permasalahan kelompok dengan membicarakannya di atas meja warung kopi dan seduhan aliran kopi. Selamat menangkap ide dan menyelesaikan masalah-masalahmu di setia...
Komentar
Posting Komentar
081249285161