STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN KOMODITI PETANI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS)
Oleh : Ahmad Rausan Fikri
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraria dengan
pertanian sebagai mata pencaharian utama mayoritas masyarakat Indonesia. Hal
demikian berarti bahwa pertanian menjadi sektor utama yang menopang
perekonomian nasional. Pertanian
dalam arti luas terdiri dari lima sektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kehutanan. Sektor
pertanian merupakan komoditi yang sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan
umat manusia karena hasil pertanian menjadi sumber kebutuhan primer manusia. Namun
demikian penyerapan tenaga di sektor pertanian selalu mengalami penurunan di
setiap tahunnya.
Selama periode 2004-2014 penyerapan tenaga
kerja sektor pertanian dalam arti luas secara konsisten terus mengalami
penurunan, yaitu dari 44,51 % menjadi 34,28 % (BPS, 2015). Hal tersebut
mengakibatkan penurunan hasil pertanian di Indonesia mengalami penurunan bisa
dilihat dari pangsa ekspor komoditi pertanian yang semakin lama semakin
menunjukkan angka penurunan. Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) yang dikutip, Jakarta, Kamis (3/8/2017), Indonesia melakukan impor
beberapa komoditi pangan, seperti beras khusus, tepung terigu, gula pasir,
daging jenis lembu, jenis lembu, garam, mentega, minyak goreng, bawang putih,
lada, kentang, cabai kering tumbuk, cabai awet sementara, dan telur unggas.
Sebuah fakta yang sangat ganjal bagi Indonesia yang merupakan negara dengan wilayah
lahan pertanian seluas 25,25 juta Ha tidak termasuk lahan kosong yang belum
digunakan (Statistik lahan pertanian 2014).
Salah satu penyebab dari penurunan penyerapan tenaga
kerja sektor pertanian di Indonesia adalah relatif rendahnya produktivitas
pertanian dalam artian apa yang didapatkan oleh petani sering kali tidak
berbanding dengan usaha dan upaya yang petani lakukan selama proses pembibitan,
penanaman hingga masa panen. Hal demikian diakibatkan oleh panjangnya rantai
distribusi hasil pertanian yang membuat petani tidak bisa leluasa menentukan
harga hasil pertanian mereka, melainkan pengepul yang lebih berkuasa dalam
menentukan harganya. Sehingga kesejahteraan petani yang sudah bersusah payah
untuk menghasilkan bahan pangan semakin hari semakin memprihatinkan.
Dari permasalahan diatas penulis mencoba membuat
strategi untuk meningkatkan komoditi petani dengan menggunakan teknologi SIG (Sistem
Informasi Geografis) dengan menampilkan peta geografis yang menjelaskan tentang
jenis komoditi hasil pertanian di setiap wilayah dengan mencantumkan jumlah dan
harga dari setiap jenis hasil pertanian. Sehingga petani akan memiliki kuasa
dalam menentukan harga sesuai dengan perhitungan modal dan usaha yang telah
dilakukan selama proses penanam hingga panen. hal demikian juga akan membuat
rantai distribusi pertanian akan jauh lebih singkat dan tentunya harga bisa ditentukan
oleh petani dengan harga yang sesuai. Sehingga diharapkan strategi ini bisa
meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.
Isi
Sistem
Informasi Geografis
Sistem
Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem yang di desain untuk menangkap,
menyimpan, memanipulasi, menganalisa, megatur dan menampilkan seluruh jenis
data geografi (Irwansyah 2013). SIG merupakan teknologi yang berkembang dengan
cepat, pada prinsipnya SIG adalah suatu sistem yang digunakan untuk
menggabungkan teknologi dan kemampuan peta dan atributnya.
Ada
beberapa beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG yaitu (1) SIG
menggunakan data spasial maupun atribut yang terintegrasi, (2) SIG digunakan
sebagai alat bantu interaktif yang menarik dan meningkatkan pemahaman mengenai
konsep lokasi, ruang, kependudukan dan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi ke
dalam beberapa layer atau coverage data spasial, (3) SIG
memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial
beserta atributnya, (4) semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif, (5)
SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik, (6) semua operasi SIG di costumize dengan menggunakan
perintah-perintah dalam bahasa script,
(7) perangkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan
perangkat lunak lainnya, (8) SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya
dengan bidang spasial dan geoinformatika (Prahasta 2001).
Dalam strategi ini penulis menggunakan
SIG sebagai basis teknologi yang digunakan untuk menyimpan dan menampilkan data
hasil pertanian di setiap wilayah yang berisi dengan informasi harga, jumlah
dan jenis komoditi pertanian di wilayah tersebut dengan tampilan berbasis web.
Strategi ini membuat masyarakat luas bisa memantau langsung hasil komoditi
pertanian di setiap wilayah yang ada hanya dengan menggunakan gawai mereka.
Sehingga masyarakat bisa mengetahui harga awal dari setiap komoditi pertanian
yang tersedia. Hal demikian membuat para pengepul tidak bisa memainkan harga
sesuai keinginan mereka.
Stategi Implementasi Sistem
Informasi Geografis
Adapun
strategi implementasi SIG dalam upaya meningkatkan komoditi petani lokal adalah
sebagai berikut :
1.
Proses Input
Data
Dalam proses
ini perlu dilakukan beberapa input data diantaranya adalah data harga komoditi,
titik koordinat tempat, titik koordinat wilayah pertanian atau perkebunan,
titik koordinat jalur distribusi dimana data tersebut dapat diambil dari citra
satelit/foto udara/google map atau pengambilan lasung dengan GPS, selain itu
data alamat, nama penjual, jenis barang yang di jual beserta stok produk yang
ada. data-data tersebut kemudian dikonversikan ke dalam format yang dapat
digunakan oleh perangkat SIG seperti tif atau shp.
2.
Proses
Output Data
Proses ini
dapat dilakukan dengan mengunakan beberapa sofware SIG salah satunya adalah QuantumGIS
dan ArcGIS, sofware ini mampu mengolah data angka menjadi peta geografis dengan
basis data spasial yang berbentuk poligon, line dan titik, sedangkan penyajian
ouptunya dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik,
report dan peta. Selanjutnya peta GIS yang telah dibuat kemudian dapat
diintegrasikan mengunakan google my map
dan website instansi apapun bahkan
mampu di integrasikan ke dalam sistem android. Dengan harapan semua elemen
mampu mengakses peta Gis kapanpun dan di manapun, selain itu juga mampu menjadi
strategi pengambilan kebijakan dalam menentukan harga pasar.
3.
Proses Manajemen Data
Manajemen data
ini nantinya dikelola oleh programer dibawah kementerian pertanian dan dinas
pertanian di daerah sehingga data tersebut mampu di diretrieve, diupdate, dan
diedit kapanpun dengan menyesuaikan harga dan komoditi lokal yang ada saat itu.
Selain
dengan membuat sebuah tampilan berbasis SIG, strategi ini juga membuat sebuah
lumbung di setiap wilayah atau desa sebagai pusat penyimpanan setiap jenis
komoditi pertanian yang ada yang dihasilkan oleh para petani setempat. Hal
demikian menjadikan lumbung penyimpanan itu selayaknya pasar komoditi pertanian
yang memiliki harga relatif lebih murah karena langsung dari petani tanpa
adanya pindah tangan. Sehingga lumbung itu akan menjadi sebuah tempat rujukan
pasti dari setiap calon pembeli karena bisa dipantau ketersedian setiap bahan
pangan hanya dengan gawai mereka yang teringrasi dengan internet.
Sehingga alur
sistem ini mulai dari masa panen setiap komoditi pertanian sampai ke konsumen
adalah (1) Masa panen (2) Komoditi pertanian yang bisa tahan lama (seperti
beras, jagung, kopi dll) akan disimpan di lumbung (3) Jenis komoditi, harga dan
jumlah dari setiap komoditi ditampilkan di peta SIG oleh operator atau
programer (4) Konsumen bisa memantau melalui gawai masing-masing.
4.
Proses Manipulasi dan Analisis Data
Selain menentukan
informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. sistem ini mampu
melakukan manipulasi (evaluasi dan penggunaan fungsi-fungsi dan
operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan. Sehingga
diharapkan mampu mengamati trend jalur distribusi yang tepat dari produsen dan
konsumen, mampu menganalisis naik turunya harga, mampu melihat sebaran komoditi
secara parsial ditiap wilayah di Indonesia.
Kesimpulan
dan Saran
Dari gagasan strategi diatas penulis berharap
kesejahteraan petani akan bisa menjadi lebih baik. Sehingga pertanian bisa
menjadi mata pencaharian yang menarik bagi generasi-generasi muda Indonesia.
Dengan capaian demikian maka diharapkan juga akan mampu menghambat laju
penurunan tenaga kerja dibidang pertanian serta menurunkan jumlah impor pangsa
pangan di Indonesia. Dilain sisi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi berbasis SIG bisa meningkatkan transparansi hasil komoditi pertanian
di seluruh wilayah Indonesia.
Saran dari gagasan ini adalah 1) Penerapan SIG dalam
upaya meningkatkan harga komoditi lokal dapat dukungan penuh oleh pemerintah
terutama kementerian pertanian 2) Penerapan stretegi ini nantinya
dikonsolidasikan ke seluruh lini pemerintahan mulai dari pemerintah wilayah,
kota dan terutama pemerintah desa, di mana desa menjadi tempat pembangunan
lumbung penyimpanan komoditi hasil pertanian 3) Pemerintah desa bisa
mengalokasikan sebagian dana desa untuk pembangunan lumbung dan manajemen
sistem sebagai salah satu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pertanian di
desa.
DAFTAR PUSTAKA
Irwansyah,
2013. Sistem Informasi Geografis Prinsip Dasar dan Pengembangan Aplikasi
[serial online] https://www.researchgate.net [26 Maret 2018]
Prahasta,
Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis : Konsep-konsep Dasar (Perspektif
Geodesi & Geomatika). Penerbit Informatika, Bandung.
Pranadji,
Tri dan Gatoet Sroe Hardono. 2017. Dinamika Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian.
Jakarta : Panel Petani Nasional.
Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Statistik Lahan Pertanian 2009-2013.
Jakarta : Sekretariat Jendral-Kementrian Pertanian.
Susilowati,
Sri Hery. Peran Sektor Agroindustri dalam Perekonomian Nasional Dan Pendapatan
Rumah Tangga Pertanian. Bogor : Pusat Analisis Sosial dan Kebijakan Pertanian.
Tunjung.
2010. Analisis efisiensi pengelolaan persediaan bahan baku kedelai pada
perusahaan kecap PT. Lombok gandaria food industrypalur Karanganyar. Surakarta
: Univesitas Sebelas Maret.
Komentar
Posting Komentar
081249285161