Optimalisasi peran sarjana muda dalam proses peralihan masyarakat konvensional menuju masyarakat digital dalam menghadapi MEA.
Oleh : Ahmad Rausan Fikri
MEA atau singkatan dari masyarakat ekonomi asean sudah diberlakukan sejak desember 2015 lalu. Pemberlakuan MEA membuat terjadinya tiga hal yaitu 1. Aliran bebas barang/jasa 2. Aliran bebas investasi 3. Aliran bebas tenaga kerja terampil dan provesional. Namun, ironis ketika Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah sarjana pengganguran meningkat di tiga tahun terakhir secara terus menerus. Pada tahun 2014 sarjana yang menganggur sebanyak 398.298 pada tahun 2015 meningkat menjadi 565.402 dan pada tahun 2016 meningkat lagi menjadi 695.304. Hal ini menjadi sebuah permasalahan serius yang harus segera dicarikan solusinya bersama.Mengingat masyarakat ekonomi asean sudah diberlakukan.Secara umum MEA memiliki tujuan untuk membentuk komunitas ekonomi tingkat regional antara sesama negara anggota ASEAN sebagai suatau integrasi ekonomi kawasan ASEAN yang stabil, makmur dan memiliki tingkat daya saing yang tinggi serta untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan. Sehingga mea memberikan peluang kepada negara-negara pesertanya diantara indonesia. Namun yang menjadi permasalahan indonesia masih tertinggal dalam hal kemandirian ekonomi dan persaingan produk. Di mana disebutkan dalam kementerian Perindustrian dan litbang KOMPAS bahwa peringkat produk indonesia berada di posisi ke 4 dari 10 negara ASEAN. Serta dipengaruhi dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat membuat banyak hal yang berubah. Salah satunya arus perekonomian yang berpindah dari konvensional ke era digital. Sedangkan pelaku ekonomi masyarakat indonesia saat ini masih didominasi oleh masyarakat yang belum menguasai teknologi informasi terutama pelaku ekonomi masyarakat pedesaa. Padahal potensi terbesar perekonomian indonesia berada pada pertanian dan perikanan serta kelompok industri kreatif yang mayoritas masyarakat desa. Permasalahan semacam itu yang membuat pelaku perekonomian ditingkat bawah belum bisa membaca sertamemaksimalkan potensi alam yang ada disekitar mereka.
Indonesia memiliki potensi yang
beragam disetiap daerahnya, sehingga perlu adanya pemetaan potensi dari setiap
daerah. Dimana potensi semacam itu tidak selayaknya dihilangkan. Seperti contoh
di jawa timur daerah tapal kuda yang meliputi jember, probolinggo, situbondo,
bondowoso dan banyuwangi memiliki potensi perekonomian dibidang pertanian dan
perikanan yang sangat luar biasa namun
tidak bisa berbicara banyak dalam mensejahterakan masyarakatnya. Hal itu dikarenakan
pelaku perekonomian di daerah tapal kuda mayoritas masih belum melek teknologi
dan informasi. Sehingga masih belum bisa memaksimalkan potensi sekitar. Namun,
dilain sisi harus kita ketahui bahwa dari sekian banyaknya masyarakat disana
ada beberapa kelompok masyarakat yang sudah mulai paham dengan potensi daerah
mereka dan bisa memanfaatkan teknologi dalam membantu berjalannya perekonomian,
serta ada juga para pelaku industri kreatif yang produknya sudah mampu besaing
di kanca internasional. Namun masyarakat-masyarakat seperti itu masih bergerak
secara sporadis dikarenakan tidak adanya kelompok yang mengorganisir mereka. Agar
kelompok masyarakat seperti itu bisa menularkan ke kelompok masyarakat yang
lainnya. Sehingga harapannya akan terbentuk kesatuan kekuatan ekonomi yang
terorganisis antar kelompok masyarakat tanpa menggantungkan dirinya pada para
tengkulak yang memainkan perekonomian masyarakat bawah.
Mulai dari sini kita akan mulai
berfikir kelompok masyarakat yang seperti apa yang bisa membantu menggerakkan
kelompok masyarakat diatas agar mampu bergerak secara terorganisir. Kelompok
yang memiliki kemampuan dalam memahami teknologi informasi di indonesia, masyarakat
yang memiliki pemahaman akan kondisi perekonomian nasional dan mengetahui
program-program pemerintah ke masyarakat dalam menghadapi masyarakat ekonomi
asean saat ini adalah para pemuda terutama para sarjana yang sudah mengenyam
pendidikan selama beberapa tahun di perguruan tinggi.
Mahasiswa Penyandang gelar kaum
intelektual yang dipersiapkan negara untuk meneruskan pembangunan nasional
sangat memprihatinkan jika pada akhirnya mereka hanya menyandang gelar sarjana
pengangguran saat MEA sudah diberlakukan. Para sarjana muda yang kreatif serta lebih menguasai
teknologi informasi seharusnya bisa mengambil peran atau diberikan peran oleh
pemerintah di garda depan dalam mewujudkan masyarakat yang berdikari serta
membumikan industri kreatif. Dimana kelompok seperti itu saat ini masih
bergerak secara sporadis tanpa ada yang mengorganisir. Sarjana muda bisa sangat
diandalkan dalam memeberikan pendidikan teknologi informasi kepada kelompok
pelaku ekonomi masyarakat bawah, menghubungkan antar kelompok masyarakat yang
memiliki potensi yang sama. Sehingga diharapkan pembangunan perekonomian
masyarakat bawahmampu membendung arus impor yang semakin besar. Hal tersebut
harus segera di atasi oleh pemerintah indonesia.
Jika pemerintah bersedia memberikan peran para sarjana dalam pendampingan kepada masyarakat sampai terciptanya masyarakat yang berpendidikan dalam melaksanakan perekonomian berbasis potensi dan teknologi informasi serta pengetahuan permainan pasar maka akan sangat memungkinkan terbentuknya masyarakat yang berdikari dibidang ekonomi. Dengan meleknya masyarakat terhadap kemajuan teknologi informasi, maka akan mampu membawa kesejahteraan perekonomian mulai dari masyarakat menengah ke bawah.
Kemudian perubahan
zaman yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi informasi banyak membawa
perubahan yang sangat besar salah satunya berubahnya cara masyarakat indonesia
dalam melaksanakan perekonomian dari cara konvensional ke digital. Perubahan
zaman seperti ini masih belum bisa dibaca oleh masyarakat bawah sehingga perlu
adanya peran kaum intelektual dalam hal ini sarjana muda untuk memberikan
edukasi dan pendampingan secara langsung kepada masyarakat. Sehingga perubahan
zaman ini bisa dibarengi dengan perubahan kemampuan dan pengetahuan masyarakat
indonesia dalam kasus ini pelaku perekonomian masyarakat bawah. Hal tersebut
harus kita lakukan karena perubahan zaman ini telah memaksa kita untuk beralih
generasi dari masyrakat konvensional menuju masyarakat era digital dimana
segala aktivitas harus berjalan dengan cerdas, entah itu pertanian, perikanan,
industri sandang, aksesoris, teknologi dan segala macam aktivitas perekonomian
di tengah masyarakat.
Dari pemaparan diatas maka pemerintah sebagai pelaku pemerintahan harus segera membaca peluang dan permasalahan yang terjadi saat ini. Ada beberapa hal yang perlu segera dilakukan oleh pemerintah dalam menata dan menyiapkan pelaku perekonomian ditingkat bawah untuk meningkatkan kemandirian ekonomi nasional dan persaingan produk internasional.
1. Pemetaan
potensi yang ada di seluruh indonesia sebagai basis dasar karakter ekonomi
masyarakat sekitar. Sehingga bisa diberlakukan pengelompokan daerah yang
memiliki jenis potensi yang sama dengan daerah lain sehingga bisa melakukan
kerjasama dan berbagi strategi dalam pengembangan masyarakat pelaku ekonomi.
2. Menempatkan
para sarjana muda disetiap kelompok masyarakat untuk memberikan pendidikan
teknologi informasi dan pemahaman tentang permainan pasar dalam hal ini bisa
tengkulak dan aktor-aktor yang hanya memperpanjang rantai perekonomian yang
mana sangat merugikan masyarakat ekonomi rantai pertama. Serta menjelaskan
kondisi perekonomian nasional yang sedang menghadapi masyarakat ekonomi asean.
Sehingga terbentuk masyarakat yang mandiri yang siap menjalanakan perekonomian
di era digital.
3. Memaksimalkan
hasil pemetaan daerah dan penempatan para sarjana di kelompok masyarakat dengan
cara kelompok masyarakat yang sudah mulai menjalankan perekonimian dengan
mandiri atau para pelaku industri kreatif untuk menularkan skill dan
pengetahuan yang telah mereka miliki kepada kelompok masyarakat yang memiliki
potensi yang sama dengan sebuah pelatihan. Sehingga kelompok masyarakat mandiri
dan pelaku industri kreatif akan semakin meningkat jumlahnya.
Startegi seperti ini juga akan membuat indonesia tidak kehilangan jati dirinya sebagai negara yang agraris dan di sisi lain indonesia tidak akan menjadi negara yang tertinggal dalam bidang teknologi dan informasi.Dengan membaurnya kaum intelektual sarjana muda dengan kelompok masyarakat pelaku perekonomian tingkat bawah akan bisa meningkatkan daya serap teknologi masyarakat indonesia, membangun kemandirian ekonomi bangsa, meningkatkan kualitas dan kuantitas produk indonesia, meningkatkan lapangan kerja dan memperbaiki mata rantai perekonomian indonesia yang selama ini membuat harga produk menjadi mahal.
Komentar
Posting Komentar
081249285161