Pada mulanya dia adalah anak kecil yang terkenal lugu dan pendiam. Terkenal sedikit cerdas namun hanya dalam sekala kelas anak desa. Dikatakan cerdas hanya karena bersanding dengan anak-anak satu desa. Seperti ungkapan pepatah "Semuanya itu relatif" sehingga orang bisa dikatakan cerdas hanya jika dilingkungannya dia orang yang paling tidak bodoh. Anak itu memang benar Tumbuh besar dalam lingkungan yang agamis dan sedikit purba. Dibesarkan oleh keluarga yang berekonomi menengah ke bawah. Dengan latar belakang pendidikan orang tua yang ibu pesantren dan ayah anak kuliahan belum tuntas.
Tuhan tidak akan merubah nasib kita kalau tidak kita sendiri yang akan merubahnya. Dari paragraf pertama diatas aku hanya menceritakan sebagian dari cerita anak desa saja. Cerita satu pargraf itu bukanlah sebuah takdir yang tidak bisa dirubah. Oh maaf, salah. Lebih tepatnya cerita itu bukan lah cerita yang akan datar dan bisa kita tebak akhir ceritanya. Seperti sang anak kemudian melanjutkan sekolah kemudian bekerja seperti ayahnya, menikahi seorang gadis desa dan hidup melanjutkan rutinitas yang menciptakan suasana desa seperti biasanya. Perlu dilihat, bukan seperti itu yang diharapkan tuhan dalam menciptkan kita di dunia. Tidak peduli dilahirkan oleh siapa dengan keadaan seperti apa dan dimana dengan kondisi sosial seperti apa. Melainkan kita diperintahkan untuk membuat kisah kita sendiri dengan seheroik mungkin. seperti heroiknya Superman yang menyelamtkan bumi dari elien ? heroiknya Bat man yang mengayomi kota Gotham, atau seperti kisah Soe Hok Gie dalam memimpin massa demonstran untuk melawan tirani pemerintahan. Atau mungkin heroiknya seorang ayah yang bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga menjadi seorang sarjana. Semua itu adalah pilihan seperti halnya bunyi pepatah "Hidup adalah sebuah pilihan".
"Menjalani kehidupan tidat semudah membalikkan telapak tangan". Seperti itulah yang biasa orang katakan. Namun pada kenyataanya kita sampai saat ini masih bisa bernafas meski dalam sebuah tulisan sering kali kita temukan mencari makan bukan sebuah hal yang mudah. Ini menandakan bahwa kita cukup luar biasa dalam menciptakan sebuah keajaiban. Sekarang kembali ke Si Dia dalam cerita pada pargraf pertama. sekarang dia bukan lagi orang yang pendiam, bukan lagi orang yang cerdas, bukan orang agamis yang hidup dengan begitu banyak hal moderen yang dia lakukan, dan saat ini dia akan menjadi sarjana. seperti perkataan seorang filsuf yunani bahwa semua yang ada dalam kehidupan ini selalu mengalir. Perubahan hadir disetiap detik atau bahkan setiap waktu berubah itu sendiri. Dan perubahan bisa kita mulai sejak dialam fikiran kita.
Selamat membuat kisah yang heroik sesuai versi kalian masing-masing. menutup tulisan pada kali ini dengan perkataan yang pernah terlontar oleh Ibu wali kota Surabaya Ibu Tri Rismaharini "Semua demi kepentingan orang lain, karena kita tidak mungkin hidup sendiri". Sebuah kata yang menjadi syarat mutlak agar kisah bisa dikatakan heroik. Sekian dari saya salam Menolak Apatis !!
Tuhan tidak akan merubah nasib kita kalau tidak kita sendiri yang akan merubahnya. Dari paragraf pertama diatas aku hanya menceritakan sebagian dari cerita anak desa saja. Cerita satu pargraf itu bukanlah sebuah takdir yang tidak bisa dirubah. Oh maaf, salah. Lebih tepatnya cerita itu bukan lah cerita yang akan datar dan bisa kita tebak akhir ceritanya. Seperti sang anak kemudian melanjutkan sekolah kemudian bekerja seperti ayahnya, menikahi seorang gadis desa dan hidup melanjutkan rutinitas yang menciptakan suasana desa seperti biasanya. Perlu dilihat, bukan seperti itu yang diharapkan tuhan dalam menciptkan kita di dunia. Tidak peduli dilahirkan oleh siapa dengan keadaan seperti apa dan dimana dengan kondisi sosial seperti apa. Melainkan kita diperintahkan untuk membuat kisah kita sendiri dengan seheroik mungkin. seperti heroiknya Superman yang menyelamtkan bumi dari elien ? heroiknya Bat man yang mengayomi kota Gotham, atau seperti kisah Soe Hok Gie dalam memimpin massa demonstran untuk melawan tirani pemerintahan. Atau mungkin heroiknya seorang ayah yang bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga menjadi seorang sarjana. Semua itu adalah pilihan seperti halnya bunyi pepatah "Hidup adalah sebuah pilihan".
"Menjalani kehidupan tidat semudah membalikkan telapak tangan". Seperti itulah yang biasa orang katakan. Namun pada kenyataanya kita sampai saat ini masih bisa bernafas meski dalam sebuah tulisan sering kali kita temukan mencari makan bukan sebuah hal yang mudah. Ini menandakan bahwa kita cukup luar biasa dalam menciptakan sebuah keajaiban. Sekarang kembali ke Si Dia dalam cerita pada pargraf pertama. sekarang dia bukan lagi orang yang pendiam, bukan lagi orang yang cerdas, bukan orang agamis yang hidup dengan begitu banyak hal moderen yang dia lakukan, dan saat ini dia akan menjadi sarjana. seperti perkataan seorang filsuf yunani bahwa semua yang ada dalam kehidupan ini selalu mengalir. Perubahan hadir disetiap detik atau bahkan setiap waktu berubah itu sendiri. Dan perubahan bisa kita mulai sejak dialam fikiran kita.
Selamat membuat kisah yang heroik sesuai versi kalian masing-masing. menutup tulisan pada kali ini dengan perkataan yang pernah terlontar oleh Ibu wali kota Surabaya Ibu Tri Rismaharini "Semua demi kepentingan orang lain, karena kita tidak mungkin hidup sendiri". Sebuah kata yang menjadi syarat mutlak agar kisah bisa dikatakan heroik. Sekian dari saya salam Menolak Apatis !!
Komentar
Posting Komentar
081249285161